Diantara kaidah penting dalam
ajaran Islam yang mulia ini adalah, menyerahkan urusan yang berhubungan dengan
kemaslahatan umum, seperti masalah politik dan kemasyarakatan, kepada para
ulama, yaitu orang-orang yang memiliki ilmu yang mendalam tentang agama. Adapun
orang-orang bodoh maka tidak boleh berbicara. Jika mereka berani berbicara dan
berkomentar maka akan muncul kerusakan-kerusakan dalam masyarakat.
Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam telah memperingatkan,
“Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu
dengan mengangkatnya dari hati para hamba, akan tetapi Allah mengangkat ilmu
dengan mewafatkan para ulama, sampai ketika Allah tidak menyisakan seorang
‘alim pun maka manusia mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin-pemimpin
mereka. Maka orang-orang bodoh tersebut ditanya, lalu mereka berfatwa tanpa
ilmu, mereka pun sesat dan menyesatkan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim
dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyalllahu’anhuma]
Juga sabda Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam,
سيأتي
على الناس سنوات خداعات يصدق فيها الكاذب و يكذب فيها الصادق و يؤتمن فيها الخائن
و يخون فيها الأمين و ينطق فيها الرويبضة قيل : و ما الرويبضة
؟ قال : الرجل التافه يتكلم في أمر العامة
“Akan datang kepada manusia
tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur
didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati, dan
berbicara di zaman itu para Ruwaibidhoh.” Ditanyakan, siapakah Ruwaibidhoh
itu? Beliau bersabda, “Orang bodoh yang berbicara dalam masalah umum.” [HR.
Al-Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani
dalam Shahih Al-Jami’, no. 3650]